Blogger Backgrounds

Minggu, 08 November 2009

Tokyo Kota Termahal

kompas..com - Penurunan aktivitas perekonomian global dan perubahan kurs mata uang dunia juga menyebabkan perubahan pada susunan kota termahal di dunia untuk para ekspatriat. Semakin menguat mata uang sebuah negara, semakin tinggi pula biaya hidup di negara itu.

Menurut hasil survei dari Mercer, sebuah lembaga konsultasi sumber daya manusia, Tokyo sudah menjadi kota termahal untuk ekspatriat, menggantikan Moskwa. Selain Tokyo, tempat kedua ditempati Osaka, naik pesat dari peringkat kesembilan. Geneva juga naik peringkat menempati posisi keempat, disusul Hongkong. Sementara itu, Johannesburg, Afrika Selatan, menggantikan Asuncion di Paraguay sebagai kota termurah.

Dalam survei Mercer, New York digunakan sebagai acuan. Semua kota yang disurvei dibandingkan dengan New York, sedangkan gerakan mata uang dibandingkan dengan kurs dollar AS.

Survei itu meliputi 143 kota di seluruh dunia dan membandingkan 200 jenis harga barang dan jasa di tiap lokasi, seperti perumahan, transportasi, makanan, pakaian, barang rumah tangga, serta hiburan.

Survei itu merupakan survei biaya hidup yang paling komprehensif dan digunakan untuk membantu perusahaan multinasional serta pemerintah dalam menentukan besarnya biaya hidup bagi para ekspatriat.

Penurunan perekonomian global sudah mengubah dramatis banyak pasar real estat. Pada periode Maret 2008-Maret 2009 terjadi fluktuasi kurs, khususnya penguatan dollar AS terhadap beberapa mata uang di dunia. Euro, misalnya, melemah terhadap dollar AS. Dalam periode yang sama, poundsterling Inggris telah melemah 26 persen terhadap dollar AS.

Pelemahan euro dalam kurun waktu tersebut membuat mayoritas kota di Eropa turun peringkat. Warsawa menjadi kota yang merosot paling drastis, dari posisi ke-35 menjadi ke-113. London dan Oslo yang sebelumnya menempati urutan dalam 10 besar melorot ke posisi 13 dan 10.

Kecenderungan sama terlihat di Australia, Selandia Baru, dan India. Kurs rupee India merosot terhadap dollar AS tahun lalu dan semua kota India turun dari peringkat kota termahal sebagai konsekuensinya. New Delhi merosot dari peringkat ke-55 menjadi ke-65 dan Mumbai dari peringkat ke-48 menjadi ke-66.

Asia meningkat

Posisi sebaliknya terjadi terhadap kota di China, Jepang, dan Timur Tengah yang telah naik peringkatnya. Penguatan kurs dollar AS, yen Jepang, dan naiknya harga minyak menjadikan kota-kota di negara-negara itu semakin mahal.

New York memasuki jajaran 10 kota termahal, naik drastis dari urutan ke-22 menjadi urutan ke-8. Penguatan kurs yen membawa dua kota termahal di dunia berada di Jepang.

Dampak yang sama dirasakan pula oleh kota-kota di China. Karena mata uang China renminbi menguat dibandingkan dengan mata uang lain, semakin mahal pula hidup di kota-kota besar di China. Beijing, misalnya, naik dari peringkat ke-11 menjadi peringkat ke-9, memasuki jajaran 10 kota termahal di dunia. Shanghai, Shenzhen, dan Guangzhou mendapat urutan 12, 22, dan 23.

Nathalie Constantin-Métral, analis senior di Mercer mengatakan, ”Sebagai dampak langsung dari pelemahan perekonomian sepanjang tahun lalu, kami mengamati terjadinya fluktuasi signifikan pada mata uang kuat dunia. Hal ini memengaruhi susunan peringkat pada tahun ini. Banyak mata uang, termasuk euro, melemah terhadap dollar AS dan menyebabkan turunnya peringkat kota-kota mahal di Eropa. Dengan adanya keterkaitan erat dengan perekonomian global dan mata uang, perusahaan multinasional terus akan terkena dampak krisis global.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar